“Randdaaaa!! Bangun!! Udah pagi! Hari ini sekolaaahhh!!” teriak mamaku dari dapur. Mama emang kebiasaan teriak-teriak gitu setiap pagi. Biasalah aku kan males yg namanya ‘Bangun Pagi’. “Raannndaaa!! Bang…..” teriakannya langsung kupotong dengan ‘teriakan’ yang sangat tidak enak didengar. “Ud..ah, Ma. A..er panasnya man…aa..?” sambil melongo dari pintu dapur. “Kamu ini anak perempuan bangunnya siaaaaaannnggg aja. Ck! Udah udah! Air panasnya udah tak tuangin ke ember yang ada didepan kamar mandi. Cepet mandi, udah jam 6!” oceh mama cepat. Aku gatau bisa nangkep atau nggak. Yang jelas air panasnya ada didepan kamar mandi.
Langsung saja aku bersiap untuk mandi. Sesampainya dikamar mandi …. “Uaaaa! Panasss! I-ih ni air panas berapa kali sih dikasi aer dingin? Udah buanyak rasanya. Tapi kok masih panas ya? Ck!” kataku sambil ngedumel ama air panas. Kuberi lagi air dingin dan langsung secepatnya mandi. Setelah semua siap, aku segera berangkat sekolah dengan mengendarai sepeda motorku.
Oh iya, kita belom kenalan ya? Haaiii, namaku Angela Mutiarandari. Panggil aja aku Angel (dirumah dan di SD sih dipanggil Randa, tapi waktu kenalan pas MOS SMP aku pake Angel aja, biar keren, heheJ). Aku baru lulus SMP nih! Sekarang aku sekolah di SMAN 7 Yogyakarta. Letak sekolahku ini di Jalan Merpati Putih Yogyakarta, Yoryakarta. Mau tau nomer teleponnya? Gak penting kali yee!
888
Sesampainya disekolah, halaman depan udah penuh anak-anak sekolahku. Ekspresi mereka berbeda-beda. Ada yang kecewa dan gembira. Aku segera saja ke papan pengumuman hasil pencarian kelas. Ohya, kemarin aku habis ikut tes pencarian kelas. Nah, sekarang pengumumannya. Kulihat nama-nama yang tertera disana. Dan ternyata aku dapet kelas X. 3. Hehahuhiho J
888
“Aku dimana men duduk? Dimana, Len?” tanyaku pada Helen sambil menyikunya. “Udah disini aja Ngel” jawab Helen. Untung dia ingat kalo jangan manggil aku Randa disekolah (soalnya Helen tau namaku dirumah Randa). Oh iya, aku belom cerita tentang Helen ya? Helen ini tetanggaku, sahabatku dari aku masih belom bisa naik sepeda roda tiga sampe SMA sekarang. Luaaaaammmaaanya ya? Udah ah, itu aja.
Akhirnya kami berdua duduk di bangku nomer 3 dari belakang searah dengan bangku guru (RIBET!). Kami langsung bersalaman dan saling memperkenalkan diri kepada penghuni baru kelas X. 3. Ada yang namanya Ira, Marco, Misya, Andien, Gawa, Vara, Alendra ( yang ini sih aku udah tau, kan temen SMP dulu) dan masih banyak lagi. Ada juga yang lebay, kocak, aneh, dll deh. Pokoknya karakternya beda-beda.
Tiba-tiba, datang seorang guru berparas cantik memasuki kelas kami. “Anak-anak, per-ke-nal-kan, saya wali kelas kalian. Jadi, saya adalah orang tua kalian selama kalian di-se-ko-lah. Ada pertanyaan?” kata guru cantik itu.
“Bu, siapa namanya ibu?” tanya salah seorang siswa secara tiba-tiba. “Ohh, nama saya, Andieni Marwati. Panggil saja Bu Eni”. “Ooooooohhhh” semua siswa membentuk dan mengucapkan huruf O. “Terima kasih atas perhatiannya” kata Bu Eni cepat sambil berlalu. “Lho kok? Lho? Lho??” semua siswa kelihatan bingung, karena perkenalan itu berlangsung cepat.
888
September 2006..
Malam ini terasa begitu sepi, aku bingung mau melakukan hal apa. Aku teringat sesuatu, enakan bukak Facebook. Lalu kubuat status. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya statusku berhasil diperbaharui dan muncul diberandaku. Disana banyak tertera status-status lainnya
Angela Mutiara : I’m so bored ! L
Alendra Maharadja : Sesuatu banget! Haha :D
Ayu Tingdoor : Tugas Numpukk,,!!
Helen Mars : Hm, Galau malam iniL habisnya capek tadi pagi
Melodi shiey tkank ngamBulL : Akku kangeend beuds ama eloo!
Vara Nike : Banyak dapet kenalan baru hari ini J
……………..
Huh! I’m still bored! Yasud deh, enakakan mendayung perahu ke pulau kapuk abis itu jalan-jalan disana. Dadaaa~ J
888
“Kamu naa yang bongkar! Katanya aku nulis hasilnya?” kataku ketus. “Iya iya, tapi aku gak tau yang mana dibongkarnya?!!” kata Ira tak kalah ketusnya. “Tanya naa pak guru!”
Hari ini ada praktikum ngebedah kodok. Ugh! Paling anti deh aku sama hewan yang kulitnya licin trus bunyinya “Kuebeb, kuebeb” Makanya aku nyuruh Ira, temen satu kelompokku yang paling suka ama yang namanya hewan. Hewan apaaaa saajaa pasti dia suka. Mulai dari yang paling aneh sampai yang paling menyeramkan. Kok bisa ya, aku punya temen kayak dia. Dasar manusia!
Setelah ia bertanya pada pak guru, segera dibedahnya kodok itu sambil menggodaku dengan kodok yang sudah mati itu. “Jangan naa Ra!! Tau dah yang pacaran ama kodok! Wuuu!” kataku mengejek sambil ketakutan. “Hahahaha, apa men tu? Kodok aja takut!” Ira malah melanjutkan. “SssTtttSs, woy!” temenku yang lain menyuruh kami diam. Aku dan Ira jadi malu deh.
Setelah pelajaran bedah-bedahan ‘gila’ itu selesai, kami semua segera membereskan kodok-kodok malang namun menjijikkan dan mengerikan itu.
Teng… teng… Bel pergantian jam berdentang. Sekarang pelajaran Matematika. Pelajaran yang sulit sulit gampang. Diliatin aja jadi sulit, dicobak jadi gampang. Begitulah, menurutku. Bu guru segera datang dan memberi kami latihan soal. Kami semua segera mengerjakan dengan teliti. Terlihat semua siswa sibuk dengan soal tersebut. Tapi, semakin waktu berjalan, keheningan semakin terpecah oleh suara-suara dari siswa yang sudah selesai, bertanya, berdebat tentang jawaban, sekadar mencocokkan, dll. Aku sendiri masih sibuk dengan perdebatanku dengan Ira. “Kamu ngerti gak sih? Ini ni volum setengah bola, jadi volume bola dikali setengah lagi!” kataku. “Tapi ini aku kan udah bener, kenapa salah?” cetus Ira. “Ohh, ini lho, yang bikin jawaban kita beda, jari-jari itu tidak sama dengan diameter, Ira cantiiikk!” kataku meneliti dan ‘menyadarkannya dari lamunannya’. “Oh iya, Hahahaha :D Stipo dong!” Aku hanya tersenyum simpul melihat tingkah ira yang ceroboh. Hehe J
888
Keesokan harinya…
“Ngel, ini apa? Gak ngerti aku!” tanya Alendra. Dia salah satu temen SMP ku di SMPN 9 Yogyakarta. “Duh, Al Al, gitu aja. Gampang kok! Gitu aja gak tau!” ejekku pada Alen. “Ya karena itu aku nanya, gimana caranya. Kalo aku udah tau kan gak usah nanyak ya?” ejeknya lagi. “Yaya, seterah kamulah, aku nurut aja! Huh!” kataku ketus sambil melipat tangan.
Sekarang lagi pelajaran IPS tentang sistem tata surya khusus SMA, bukan SD!. Pelajaran ini cukup bikin otak pusing lhoo. Mau tau nggak? Gak usah deh yaa?
Pak Ahmad, nama guru kami sedang mengetes kami. Beliau memberi kami 5 soal. Kelas cukup ramai dengan cuap-cuapan para siswa tentang sistem tata surya ini. Kira-kira lima belas menit kemudian Pak Ahmad memeriksa hasil kerjaan kami.
Teng.. Teng.. Teng!! Bel pulang berbunyi. Anak-anak berlarian keluar kelas. Diantara mereka ada yang sedang memencet-mencet handphone, berdandan, memeriksa tas, menunggu teman atau sang kekasih. Ugh! Aku udah jomblo 3,5 tahunan! Seriusan lho! Gak enak kayaknya liat temen-temenku pada gandeng cewek atau cowoknya sendiri.
Sesampainya diparkiran SMAN 7 Yogyakarta… “Eh nenek moyang! Kamu masi tinggal dirumahmu yang dulu kan?” kata suara itu. Aku langsung saja celingak-celinguk nyari sumbernya. Mana bilang aku nenek moyang lagi!
“Ohh kamu ya. Eh Eceng Gondok! Ngapain nanya-nanya rumahku? Mau mintak sumbangan? Ohh tidak bisa! Wleekk!” cetusku saat tau siapa yang bercuap tadi. “Siapa bilang? Sok tau sekali jadi orang!” katanya tak kalah ketus. “So? Gue mesti kabur gitu?” aku langsung menstater motorku dan menjauh dari sekolahku dan meninggalkan Alendra di pelataran parkir sekolahku. Dia terlihat kesal. “Haha, dasar Alen, siapa nyuruh ngejek aku? Wleekk!” kata batinku.
Sekolahku memang cukup jauh. Jadi begitu sampai rumah aku sangat lelah dan pastinya langsung TEPAR. “Huh! Capeknya diriku” batinku.
888
Keesokan harinya disekolah…
Hari-hari disekolah emang selalu ada ulangan atau latihan soal. Jadi, emang harus bener-bener belajar dirumah.
“Ketua kelas, tolong ambilkan buku ulangan didalam lemari dan bagikan ke teman-temanmu. Setelah selesai dibagikan, Bu Sari membacakan soal, setelah selesai, semua murid bergegas untuk mengerjakannya. Hening. Tak ada yang bercuap. Sampai akhirnya Bu Sari berkata “Waktu tinggal 10 menit” Semua siswa mulai berkasak-kusuk mencari jawaban. Aku pun begitu.
“Eh Al, nomer 15 apa? Kamu kan pinter, kasi tau dikit aja ya?” tanyaku berbisik. Biasa, kan ulangan. Dilarang RIBUT! Hehe J “Kemaren ninggalin aku disekolah, sekarang minta jawaban” ejek Alen. “Aduhh, gak ada waktu buat debat ya eceng gondok!” ejekku heboh. “Tuhkan! Masak minta jawaban ngejek?” kata Alen sambil melipat tangannya di dada. “Yadeh, enggak. Alendra yang baik dan cakep *UHUK*, kasi tau nomor 15 dong? rengekku. “Yadah. Gini lho, Potensial listrik itu adalah energi potensial listrik per satuan muatan listrik” jawabnya dengan bisikan, juga. “Oh yaya, Maaci J” kataku sambil segera menulis jawaban dari Alen tadi.
“Yak, anak-anak, kumpul semuanya. Waktu sudah HABIS” kata guruku dengan menekankan kata ‘HABIS’ didepan kelas. Semua anak-anak lain masih sibuk kasak-kusuk mencari jawaban.
“Untung tadi udah nanya ama Alen dan dikasi tau. Kalo gak mungkin aku sama nasibnya kayak mereka” batinku. “Al, sekali lagi maaci ya? Kamu emang temenku yang paliiiinngg baik!” kataku setelah Bu guru keluar kelas. “Iya, Angel. Sama-sama” katanya sambil tersenyum. Aaaa~
888
“Aaaaakkkhhhh!! Seratus-seratus! Yeyeyeyeye!” teriakku heboh. Rata-rata teman-temanku juga dapet seratus dan teriak histeris kayak aku. Hahaha. “Dapet berapa?” tanya Alen. “Seratus!” kataku setengah berteriak. “Untung tak kasi tau. Dasar bego! Makanya jadi aku dong!” katanya lagi. “Yah, yah, malah ngatain orang. Gak baik tauu. Tapi… Eh, maaci lagi ya, Al?” kataku sambil cemberut (karna dibilang bego) dan histeris (karna nilai seratus). Tapi Alen malah diam.
888
Semua siswa memasuki kelasnya, karena Bu Eni datang. Aku sesekali memerhatikan Alendra. Diliat-liat dia gak buruk buruk amat. Tapi tetep aja jailnya dari SMP masih hidup sampe sekarang. “Lho kok? Lho kok aku jadi mikirin dia? Aduhh!! Apa ini namanya rasa….. Gak! Gak! Gak! Aku gamau suka ama dia, aku mau jail-jailan terus ama dia, ketawa-ketiwi, cekakak-cekikik, dll. Aduuhh!!” kataku dalam hati sambil menjambak poniku sendiri.
“Nenek moyang.. Pinjem pulpen doong!” suara itu kukenal betul. Siapa lagi yang punya suara ‘aneh nan cempreng’ itu? Yang pasti Alendra dong! “Nenek moyang, nenek moyang. Ngejeeeekk ajaaaa… tiap hari. Gak akan aku kasi pinjem!” cetusku, wuahaha. “Jangan nae gitu, Nek” rengek Alen. “Eh, manusia cempreng! Aku punya nama, namaku itu.. Angela Mutiarandari. Udah?” kataku menerangkan. “Yayadeh, Angela Mutia blahblah, pinjem pulpen dooong” rengeknya sambil mengejek. “Kok blahblah? Bilang gak? Mutiarandari!” kataku sebal. “Yaya Angela Mutia-ran-da-ri” ia mencoba mengucapkan. Nama belakangku emang susah disebutin. Soalnya kebanyakan dan ribet.
“Gitu dong, Nih!” sambil menyodorkan pulpen. Alen emang keliatan lucu banget pas ngerengek-rengek kayak gitu. Tapi cakepnya gak ilang kok. Santai.. ada Sanken (korban iklan). Tuhkan! Aku mulai lagi L
888
Teng… teng… teng.. bel pulang berbunyi. Anak-anak mulai membereskan buku Bahasa Inggris mereka. Dan, Bu Eni, segera keluar dari kelas. Takut diterobos kali ya?
888
Alendra diam di depan gerbang sekolahku sambil memencet-mencet handphone. Dia kelihatan menunggu seseorang. Siapa ya?
“ALENDRA!!” pekik salah satu siswa dari koridor sekolah yang langsung menuju ke gerbang. Ternyata seorang kakak kelas XI. Alendra tersenyum lebar. Lalu sang kakak kelas mendekatinya. Mereka berbicara sesuatu hal. Yang jelas aku tak tau apa yang dibicarakan. Karena aku hanya memerhatikannya dari pelataran parkir dekat koridor yang dilewati oleh kakak kelas teman Alendra itu.
Sang kakak kelas langsung pergi ketika pembicaraan mereka selesai. Tetapi Alendra masi diam disana. Siapa lagi yang ditunggunya? Apakah belom selesai? Kulirik jam tanganku. “Yaampun, sudah jam setengah 2! Neh kan!” Aku langsung menstater motorku dan pergi dari sekolah ini. Alendra masih sibuk dengan handphonenya. Dia saja tak menyapaku saat aku melewatinya.
Diperjalanan pulang, aku masih bertanya-tanya, siapa sih orang yang ditunggu Alen? Wanitakah atau priakah? Kalo wanita sih, aku gak yakin. Soalnya Alen gak mungkin pacaran. Yang aku tau dia baru pernah pacaran 1 kali. Apalagi baru masuk sekolah. Masak udah berani nyatain rasa sih? Gak mungkin!
888
Aku berangkat sekolah seperti biasa. Hari ini aku kepagian banget, sumpah! Aku memasuki kelasku yang terletak dilantai tiga. Jadi, harus naik tangga dulu. Mana tas berat, naik tangga pula. Tapi aku masih untung, Cuma dilantai tiga. Gimana kalo dilantai empat? Nambah pendek deh ni kaki!
“DUH!! Pagi-pagi gini panas banget! Keluar aja deh!” kataku sambil melenggang keluar kelas. Anak-anak mulai banyak yang berdatangan. Ada Vara, Misya, Denni, Ary, dan Alendra. Tapi, Alendra jalan sama siapa tuh? Lho? Itukan Cherisya! Apa ini yang ditunggunya kemarin? Eh! Gak mungkin! Orang jaraknya agak jauh gitu kok. Paling cuma pas aja barengan.
888
Alendra menaiki tangga dan berjalan sambil tersenyum dan tertawa. Pikiranku mulai melayang kemana-mana. Kayaknya bukan gara-gara Cheri deh. Paling senyum biasa. Kan banyak temennya di luar.
TERNYATA aku salah. Alen pulang ama Cheri! Itu benar-benar Cherisya! Dia temen satu gugusku pas MOS. “Ugh! Ini gak mungkin! Gak mungkin Alen pacaran ama Cheri! Alen terlalu baik sampe buat aku *beuh* ama dia!” batinku ngedumel.
888
Aku ngedumel lagi di jalannan. Berteriak. Aku keseeelll! Alen cukup baik akhir-akhir ini. Aku kira dia juga respon aku! Tapi tidak sama sekali.
Sesampainya dirumah, aku menghempaskan tasku di kasur dan memukul-mukul bantal. “Aku benci Alen! Kamu gak tau gimana jadi aku! Gak akan tau soal apa tentang ini. Sakit tau gak? kataku terisak sambil marah-marah. Aduh! Kok aku jadi seperti ini? Tiddaaakkk! Aku gak mau! Enggaakkk! Aku benci! Tapi aku gak bisa.
Tak sadar hari sudah sore ketika aku terjaga. Aku segera mandi dan mengerjakan tugas sekolah yang cukup banyak. Aku masih memikirkan Alendra. Aku bingung, kenapa aku bisa begitu *beuh* dengannya.
THE END J J
Maaf kalo ada salah-salah kata dicerpenku ini, ada yang merasa tersinggung, dll. Aku hanya ingin menuliskan ide dan menyalurkan hobi menulisku. Selamat membaca. Tolong minta komennya ya? J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar