Rabu, 04 April 2012

Si Inisial Huruf Vokal Pertama Part II

“Sebenarnya yang Part I aku udah post lama banget tapi Facebook. Jadi, kalau mau baca yang ini, harus baca yang itu dulu. Selamat membaca:)”-wulan
“Selamat pagi, Buuuuu!!” seru seluruh siswa saat Bu Eni memasuki kelas kami, X.3.
“Pagiii anak-anak. Sekarang, Ibu akan membagikan raport semester 1 kalian” jawab Bu Eni. Seluruh siswa mulai berkasak-kusuk. Terlihat raut cemas di wajah mereka. Mungkin, seluruh siswa didunia juga akan seperti itu jika akan menerima hasil raport mereka.
“Tolong diam dulu ya anak-anak. Biar kedengeran nama temennya pas dipanggil” seru Bu Eni dari meja guru. Seketika seluruh siswa terdiam terpaku. Tapi raut wajah mereka tetap menunjukkan kecemasan yang paling cemas. Kulihat ada berdoa. Khusyuk sekali. “Coba kalau pas genting gini suasananya, baru inget Tuhan” bisikku pelan. “Alah kayak kamu enggak aja lho” kata Helen ketus. Helen ini teman sebangkuku. “Denger aja sih kamu yang aku bilang?” tanyaku bodoh. Tapi Helen tidak menjawabnya. Ia sibuk membenamkan wajahnya ke meja. Aku menutup wajah sambil berdoa. Ternyata aku juga sama seperti teman-temanku yang berdoa saat genting seperti ini. Hahaha.
“Andien!! Silahkan ambil raportnya kedepan” seru Bu Eni. Andien terlihat gugup dan gagap *eh*. Dia terus meremas tangannya. Bu Eni menyodorkan raport Andien. Andien lalu membuka raportnya. Ia terlihat biasa saja. Seolah tak ada apa-apa. Memang sih dikelas jika ia menerima hasil ulangan, ia terlihat cuek bebek. Seolah tak peduli. Tapi kenapa ia bisa seperti itu?
“Angela!!” Sekarang puncak kegalauanku. Mati aku kalau sampe gak dapet 3 besar. Langsung digoreng sampe rumah sama ayahku. Dijadiin perkedel gosong kalau perlu. Aku mengambil raportku dengan tangan gemetar tak menentu. Sesekali aku mengintip selama diperjalan menuju bangkuku, bangku nomor 3 dari belakang. Dan akhirnya aku menghempaskan bokongku di kursi. Segera aku buka raportku dengan ganas. Mencari tempat dimana ranking itu ditulis. “Pojok kanan bawah. Pojok kanan bawah. Pojok kanan bawah” batinku berdoa. Dan akhirnya……………………………………………… aku dapat ranking dua!! DUA!!! Aku bersorak sorai menyambut kebahagian yang tak pernah kucapai sebelumnya.
“Alendra!!” seru Bu Eni lagi. Alendra ini merupakan salah teman pas aku SMP. Dia juga orang yang buat hidupku jadi *beuh* sampai gak bisa diucapkan dengan kata-kata. Terkadang ia begitu menyebalkan. Terkadang ia begitu menyenangkan dan mengasyikkan.
“Dapet ranking brp, Len?” tanyaku saat ia membuka raportnya. Tapi dia hanya menatapkku dan menutup kembali raportnya. “Memangnya kenapa dengan nilainya? Seburuk itukah?” batinku.
Seluruh siswa telah mengambil raportnya. Ada yang cemas, gembira, cuek, diam, dll. Aku bertoast ria dengan sahabat-sahabatku. “YEY!!!! SAMPAI JUMPA SEMESTER DUA YA!!!!”
***
          “Senyum itu. Yaampun!!! Meleleh aku sekarang!! AAAAA!!” batinku berteriak. Sekarang didepanku ada Alendra dengan senyumnya yang begitu *beuh*. Aku tak mengerti kenapa ia tersenyum seperti itu. Padahal tadi kami hanya bercanda biasa. Cuma gurauan biasa. Dan mungkin waktunya cuma 15 menit.
          “Alen!” seru salah satu temannya sambil melambaikan tangannya kearah Alendra. Dia menoleh dan segera beranjak menuju arah temannya tadi, Denni. Mereka terlihat memainkan handphone si Denni. Paling main game. Biasa kan cowok jaman sekarang  doyannya main game. Tapi mukanya Alendra keliatan serius dan mencari-cari sesuatu di handphonenya Denni. Menurutku gak mungkin kalo main game sampe kayak nyari sesuatu kayak gitu. Paling kalo kalah cuma bilang “Yaahhh” gak mungkin sampai mati. Iya kan?
***
          “Kamu mau kuliah dimana? Tanyaku pada teman terbaikku yang selalu ngertiin aku all the time, Helen.
          “Di UGM, Ngel. Kamu dimana? Di UGM ya? Biar sama aku…” jawabnya sambil merengek.
          “Huushhh!! Kayak anak kecil aja kamu. Gak ah Len, aku maunya di UI kayak bapakku dulu. Tuh bapakku sukses” sambil mengacungkang jempol tanda bangga.
          “Masaaaakkk siiiiiihhhh? Kamu gak mau di UGM? Kan ada Alendra tuh. Mau naa, Ngel mauuu!!!” katanya sambil ngupil. Hahaha. Bercanda. Cuma sambil melirik kearah Alendra. Aku membelokkan kepalanya. Nanti Alendra tau lagi yang kami ceritakan. Bisa ruet kalau begini urusannya.
          Tapi tadi aku sempat melirik kearah Alen. Dia terlihat bahagia sambil tersenyum yang membuat aku semakin meleleh seperti es di kutub utara. Paling buat cewek barunya. Kan biasa orang charming sepertinya digemari cewek-cewek seantero sekolah. HUH!
***
          Tak terasa hari-hari berat ini mulai terasa mendekat. Aku gak tau kenapa aku menitikkan air mata. Aku rindu sekali Alendra, sahabat-sahabatku: Helen, Ira, Nina, semuanya,  aku takut aku tidak akan bertemu lagi dengan mereka setelah ini. Yah, aku hanya berharap merekaaaa….. Huh! Aku tak dapat mengungkapkannya dengan kata-kata.
          Dipikiranku sekarang, siapa sebenarnya yang ada di hatinya Alen? Siapa inisial M itu? Mengapa ia sering sekali menyebut inisial itu? Apakah mungkin itu Cherisya teman satu gugus ku dulu? (baca: Si Inisial Huruf Vokal Pertama Part I dibawah) Ini tidak mungkin terjadi. Yah, aku hanya bisa menunggu jawaban dari Madam Fortune siapa sebenarnya M itu.
***
          “Angeeeeeeelllllllll!!!” seru  Nina semangat.
          “Cantttiiiiiiikkkkk” jawabku tak kalah semangat.
          “Ale huuuu aleeeee!! Nanti kita texting ya? Aku pengen cerita sesuatu sama kamu. Ini Very Urgent lhoo. Pokoknya kamu harus tau. Harus tau”
          “Sebenernya ada apa sih sampe-sampe urgent gitu? Penting banget ya buat aku? Trus emangnya gak bisa diceritain disini aja? Kan tar siang aku mau teddooooorrrr. Ngendutin badan dikit lah, Nin” kataku sambil memengangi seragamku yang memang kedodoran.
          “Tiduuuuurrrr aja kerjaanmu. Yaa, bentar aja, bentaaaarrr banget. Ini soal Alendra lho” katanya berbisik dan melengos pergi.
          Aku hanya bisa tersenyum terpaku ditempat dudukku. Aku harap berita bahagia. Hahaha. Tapi bisa aja berita buruk kan soalnya mukanya Nina suka bohong! Mukanya Nina lho, bukan bibir atau mulutnya.
***
          Hari-hari di Yogyakarta semakin panas. Sesampainya dirumah aku tak tahan untuk tak menyalakan AC dikamarku dan on ditwitter. Belum sempat aku Sign In, aku melihat ada 2 pesan yang belum aku baca. Ternyata dari Nina. Dia benar-benar serius untuk membicarakan hal tentang Alendra ini.
Pesan pertama: Angel, kmu jgn marah ya?
Pesan kedua: Angeeeeellll, bales naa. Km mo tau kagak? Tp jgn marah dulu ya?
          Otakku tak berjalan. Aku hanya terpaku menatapi pesan singkat Nina. Sepertinya ini mimpi buruk. Mimpi buruk dan aku tak bisa terjaga dari tidurku.
I traveled a thousand miles just so I can see your smile, feel so far away.. Tiba-tiba handphoneku berdering dan membuyarkan lamunanku. Nina. Baru saja aku akan menekan tombol angkat, dia sudah memutus panggilannya. Hhh. Dia hanya ingin miss call aku.
Segera saja aku mengetik pesan singkat untuknya: Knp Nin? Km kok jd kayak gelagapan gini? Pke acara miss call aku lg. Alendra knp syg?
Terkirim. Sambil menunggu balasannya, aku mengambil headsetku dan mulai memutar lagu-lagu dari penyanyi kesayanganku, Greyson dan Taylor. Yap! Mereka berdua adalah the best singer ever!!
Beeppp!! Bunyi dering tanda pesan masuk. Aku gelagapan ingin cepat membaca pesan Nina dan menguak apa yang sebenarnya ingin ia bicarakan.
Nina: Kalo aku perhatiin kyknya Alendra suka sama km deh.
Aku: Lho? Cuma ini? Katanya urgent? Baaahhhh. Itu ja km blg.
Nina: Tunggu naa dulu. Aku blm slese.
Aku: Ya cepet naa. Aku kira apaan.
Nina: Iya, aku sering liat di jjs gitu. Kayak org lg ksmaran gt dah.
Aku: Masak sih? Plg buat M,M dan M!
Nina: Yaa, syp tau diantara itu ada kmnya.
Aku: Baah. Nina ni. Sllu blg gitu. IMPOSSIBLE tau.
Nina: Ya kan aku menerka nerka. Syp tau bnr iya gak?
Aku: Yadaaaahhh.  Org cantik ngalah:p
          Tak ada pesan masuk. “Nina ni emang mau smsan sama aku atau mau bikin aku bête sih?” kataku nyeletuk sendiri. Selang 10 menit kemudian nada pesan ku berbunyi yang artinya ada pesan masuk. Nina, lagi.
Nina: Ngeeell, aku sbenrnya tau si M itu syp. Dia tmn satu kls kita. Aku diksi tau Helen. Cba bsok tanya dia. Jgn sedih dulu ya?
Aku: Emang syp cobak? Boong kalik!
Nina: Mira. Jgn sdh dulu ya Ngel. Plisssss.  Aku mohoooonn
          Melihat pesan terakhir Nina membuatku lemas. Langsung saja handphoneku ku silent dan aku taruh jauh-jauh. Aku pun beranjak tidur siang. Eh, ralat: sore.
***
          I traveled a thousand miles just so I can see your smile, feel so far away when you cry, cause home is in your eyes.. I wanna be holdin’ your hand in the sand by the tire swing were we use to be.. baby you and meee..         Lagu kesayanganku yang sekaligus menjadi nada dering handphoneku berdering. Tak terasa sudah jam setengah 7 malam ketika aku terjaga. Segera aku mengambil handphoneku yang berteriak tanpa henti itu. Nina. Belum sempat aku menjawab panggilannya, Nina malah me-rejectnya. Aku ingin mengiriminya pesan singkat, tapi pesan gagal melulu. Ternyata pulsaku habis. Aku segera keluar rumah tetapi warung satu-satunya dikomplekku ini tutup. Sudahlah. Kalau penting bgt pasti Nina akan menelponku.
***
          Esok harinya aku sudah tak sabar ingin menanyakan soal si M. Aku sengaja datang pagi-pagi tapi Helen ternyata belum datang. Lima belas menit kemudian Helen dan Ira diikuti Nina datang. Tak sabar aku menanyakan soal M ini.
          “HELEEEENNN!!! KENAPA KAMU GAK BILANG KALAU KAMU TAU DIA ITU SIAPA?” kataku berteriak sambil menguncang-guncangkan tubuh mungil Helen.
          “Aku takut nanti kamu sedih trus marah sama aku…. Aku kan..”
          “Aku gak marah kalo kamu kasik tau siapa dia. Cepet bilang” sambungku sambil menarik Helen keluar kelas.
          “Yaya aku cerita dah siapa M itu sebenernya………..”
          Dan akhirnya aku tau siapa dibalik semua iniii…..
Duaaarrr!!! Pada serius amat?! Seru gak cerpen ku? Hahaha:D Pasti gak ada yang baca nih ya? Maaf kalo garing banget soalnya byk yg aku potong-potong:( Kalo kalian mau visit blogku itu aja aku udah seneng kok. Cheers!! Wulan:)
          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar