Rabu, 18 April 2012

Si Inisial Huruf Vokal Pertama Part III

         “Udah, Ngel. Jangan kamu pikirin si Mira. Gak selamanya kan Alen suka sama Mira?” kata Nina mencoba menghiburku.
          “Siapa bilang aku mikirin Mira? Yang aku pikirin itu Andien” jawabku melenceng dari topik. Yap! Kami berdua, aku dan Nina sedang duduk-duduk di teras kelas. Salah satu tempat favorit kami kalau lagi suntuk atau ingin berbagi cerita saat jam kosong.
          Nina mengaruk kepalanya, “Salah ya? Aku kira kamu mikirin Mira. Ternyata melenceng banget tebakanku. Trus kok kamu mikirin Andien? Emang dia kenapa?”
          “Yaaaa, gimana ya? Susah aku ungkapkan dengan kata-kata. I think, Alen itu suka sama Andien deh. Liat aja tingkahnya sekarang” kataku sambil menunjuk Alen dan Andien yang mengobrol asik. Tapi aku buru-buru menurunkan tanganku dan kembali menopang dagu dengan dua tanganku. Oh ya, dengan tampang cemberut juga. Nina menepuk-nepuk bahuku. Dia memang temanku yang paliiiiiinnggg baik dan yang selaluuuuu dengerin cerita-ceritaku.
          “Dia Cuma ngobrol, Ngel. Gak mungkin Alen suka sama Andien. Aku yakin banget. Mereka Cuma temenan kok…….” Belum selesai Nina bicara aku segera memotongnya. “Sorot matanya Alen liat naa, Nin. Perhatiin banget. Dia kayaknya emang gak suka tau sama aku. Sudah cukup! Aku berhenti dengan rasa yang aneh dan gila ini. Suka sama cowok charming yang disukain adek kelas dari setiap penjuru kelas dan kakak kelas juga dan semuanyaaaaa!!! Gila!” kataku setengah berteriak. Nina tiba-tiba menutup mulutku. Aku sadar aku tadi bukan setengah berteriak tapi TERIAK.
          Baru saja Nina akan bicara, tiba-tiba teman-temanku yang lain berlari kearah bangku mereka masing-masing tanda Bu Eni datang. Bosan! Kataku dalam hati. Jam-jam siang seperti ini membuat seluruh siswa mengantuk dan suntuk berat tak terkecuali aku. Apalagi Helen yang memang dari tadi sudah melipat tangannya diatas meja dan membenamkan wajahnya. Ya aku tau sebagai siswa kita harus belajar daaaaannn belajar. Tapi kalau jam setengah 2 gini yaaa jam-jam tidur, Siswa juga manusia kan?
          Teng! Teng! Teeeenngg!!! Bel pulang berbunyi. Seluruh siswa segera membereskan barang-barang mereka. Sesekali aku melirik kearah tempat duduk Alen. Dia kelihatan sibuk dengan handphonenya. Dasar manusia. Udah pulang sempet aja main game sambil ngupil *garing*. Andien tiba-tiba sudah menghilang dari hadapanku. Padahal tadi dia lagi nyombongin tas barunya. Memang orang yang satu ini dari pertama ketemu udah bikin aku keselnya minta ampun deh. Sabaaaarrrr, ngeellll.
          Eh, eh, ngapain tuh Andien? Ngapain dia ngobrol lagi sama Alen? Bukan hakku sih ya buat ngelarang dia ngobrol sama Alen. Alasannya gampang: AKU BUKAN PACAR ATAUPUN SIAPA-SIAPANYA ALENDRA MAHARADJA! (baca: Si Inisial Huruf Vokal Pertama Part I) Dia Cuma cowok yang bikin aku suka sama dia. Aku tak tau kenapa bisa suka dengan orang sepertinya.
***
          Hari demi hari berlalu dengan cepat. Aku merasakan sesuatu yang aneh. Tapi aku tak tau itu apa. Seperti ada yang mengganjal pikiranku. Aneh. Sudahlah tak usah memikirkan sesuatu yang tak penting, kataku dalam hati. Aku segera menuju my beloved room alias kamarku untuk mengambil handphoneku. Walaupun handphone ini sudah banyak lecet dan tombolnya kadang-kadang tidak sensitive, aku tetap tidak bisa lepas darinya. Dia adalah hidupku, semua sumber tentang Alendra. Hah iya! Langsung saja aku buka web untuk on twitter. Baru saja aku membuka Time Line, tweet Alendra sudah muncul. Lalu aku lihat lebih kebawah lagi sampai akhirnya aku melihat sesuatu yaaaaannnggg mengerikaaannnn.
          Mau tau apa itu? Ini benar-benar mengerikan sekali. Oke, aku tadi liat…… followers-ku hilang 10!!! Tidaakkk!!! Hahaha. Semua ketipu! Aku merefresh Time Line-ku lagi. Lagi dan lagi aku melihat tweet Alendra muncul. Tapi kali ini agak berbeda. Yang tadi itu hanya statusnya dan YANG INI? Dia tweetan dengan Mira! Yaa tak apalah. Eh belum selesai, ternyata dia tweetan lagi. Ternyata sama Andien!!! Rawwrrrr. Lho? Kok? Aku kok jadi jengkel gini. Ini cemburu ya? Yaampun aku baru pernah ngerasain cemburu setelah ngejomblo 11 bulan *garing*.
***
          Setiap hari selalu saja aku dapati tweet Alendra dengan Andien. Mereka sebenarnya ada apa? Mereka pacaran bukan ya? Hussh! Gak boleh curigaan jadi orang. Yaa aku terima saja apa yang terjadi. Tapi hatiku ini gak bisa bohong kalau aku syg bgt sama Alen. OMG! WHY AM I SUCH A FOOL PERSON? FALLIN’ IN LOVE WITH THAT PERSON?
          Sudah cukup kesabaranku kali ini. Setiap hari dan setiap waktu aku selaluuuuu saja mendapati mereka mengobrol  asik, tweetan bareng, dll. Mungkin ini yang mengganjal otakku selama ini. Memang akhir-akhir ini aku dan Alen jadi jarang bicara. Aku ingin memulainya, tapi aku takut Alen tak meresponku seperti kemarin-kemarin. Aku sudah kapok. Biarkan saja apa yang dia lakukan! Aku bisa balas lebih parah lagi, Len! Inget itu!
***
          Keesokan harinya aku menceritakan apa yang terjadi pada jjs pada Nina. Teman yang selalu bisa memberiku solusi terhadap apa yang aku alami. Beda dengan Helen. Menurutku dia itu tipe orang humoris. Jadi kalau aku ingin memecahkan masalahku dengan tertawa, hanya dengan dialah. Jadi aku kali ini lebih memilih Nina.
          “Nin, kamu liat gak apa yang selama ini orang itu buat di twitter?” tanyaku sebagai kalimat pembuka percakapan kami #eaakk
          “Liat. Dia buat status yang aku gak ngerti apa maksudnya dan makna dibaliknya. Trus dia juga sering tweetan sama si Mira n Andien”
          “Oh bagus deh kamu ngerti, Nin. Duh dia itu emang gak ngerti banget sama perasaanku ya? Apa dia emang…”
          Belum selesai aku bicara, tiba-tiba Andiean muncul yang diikuti gengnya. Seketika aku diam. Aku berharap dia tak mendengar obrolanku tadi. Nina menepuk pundakku pelan dan aku segera tersadar dari lamunanku. Lalu Nina melambaikan tangannya tanda tidak. Berarti Andien tidak mendengar obrolanku tadi. Nina ini memang seperti bisa membaca pikiranku. Dia tau semua tentang apa maksud dari tingkah atau gerak-gerikku. Uwaaaaww XD
          Geng Andien sepertinya ingin tau apa yang aku obrolkan dengan Nina. Aku tak mau rahasia terbesarku ini terbongkar dan malah merusak semuanya. Aku hanya ingin berbagi kepada orang yang selalu bersamaku bagaimanapun suasanaku saat itu. Yap! Mereka adalah Nina, Helen, Ira, Tara, Marly. Hanya merekalah orang-orang yang aku sayang. Tidak seperti creeper alias wanita itu.
***
          Aku mulai merasakan ada jarak antara aku dan Alen. Angel dan Alendra. Itu sih dulu, sekarang? Dia seperti angin yang hanya bisa dirasakan dan tak dapat dilihat keberadaannya. Hentikan jarak antara kita ini, Alendraaaa…..
Uwehehehe XD Part III selesai nih. Nambah aneh ya? Nanti di part 4 aku mau bikin kejutan! Stay tune di blogku yaa<3

Rabu, 04 April 2012

Si Inisial Huruf Vokal Pertama Part II

“Sebenarnya yang Part I aku udah post lama banget tapi Facebook. Jadi, kalau mau baca yang ini, harus baca yang itu dulu. Selamat membaca:)”-wulan
“Selamat pagi, Buuuuu!!” seru seluruh siswa saat Bu Eni memasuki kelas kami, X.3.
“Pagiii anak-anak. Sekarang, Ibu akan membagikan raport semester 1 kalian” jawab Bu Eni. Seluruh siswa mulai berkasak-kusuk. Terlihat raut cemas di wajah mereka. Mungkin, seluruh siswa didunia juga akan seperti itu jika akan menerima hasil raport mereka.
“Tolong diam dulu ya anak-anak. Biar kedengeran nama temennya pas dipanggil” seru Bu Eni dari meja guru. Seketika seluruh siswa terdiam terpaku. Tapi raut wajah mereka tetap menunjukkan kecemasan yang paling cemas. Kulihat ada berdoa. Khusyuk sekali. “Coba kalau pas genting gini suasananya, baru inget Tuhan” bisikku pelan. “Alah kayak kamu enggak aja lho” kata Helen ketus. Helen ini teman sebangkuku. “Denger aja sih kamu yang aku bilang?” tanyaku bodoh. Tapi Helen tidak menjawabnya. Ia sibuk membenamkan wajahnya ke meja. Aku menutup wajah sambil berdoa. Ternyata aku juga sama seperti teman-temanku yang berdoa saat genting seperti ini. Hahaha.
“Andien!! Silahkan ambil raportnya kedepan” seru Bu Eni. Andien terlihat gugup dan gagap *eh*. Dia terus meremas tangannya. Bu Eni menyodorkan raport Andien. Andien lalu membuka raportnya. Ia terlihat biasa saja. Seolah tak ada apa-apa. Memang sih dikelas jika ia menerima hasil ulangan, ia terlihat cuek bebek. Seolah tak peduli. Tapi kenapa ia bisa seperti itu?
“Angela!!” Sekarang puncak kegalauanku. Mati aku kalau sampe gak dapet 3 besar. Langsung digoreng sampe rumah sama ayahku. Dijadiin perkedel gosong kalau perlu. Aku mengambil raportku dengan tangan gemetar tak menentu. Sesekali aku mengintip selama diperjalan menuju bangkuku, bangku nomor 3 dari belakang. Dan akhirnya aku menghempaskan bokongku di kursi. Segera aku buka raportku dengan ganas. Mencari tempat dimana ranking itu ditulis. “Pojok kanan bawah. Pojok kanan bawah. Pojok kanan bawah” batinku berdoa. Dan akhirnya……………………………………………… aku dapat ranking dua!! DUA!!! Aku bersorak sorai menyambut kebahagian yang tak pernah kucapai sebelumnya.
“Alendra!!” seru Bu Eni lagi. Alendra ini merupakan salah teman pas aku SMP. Dia juga orang yang buat hidupku jadi *beuh* sampai gak bisa diucapkan dengan kata-kata. Terkadang ia begitu menyebalkan. Terkadang ia begitu menyenangkan dan mengasyikkan.
“Dapet ranking brp, Len?” tanyaku saat ia membuka raportnya. Tapi dia hanya menatapkku dan menutup kembali raportnya. “Memangnya kenapa dengan nilainya? Seburuk itukah?” batinku.
Seluruh siswa telah mengambil raportnya. Ada yang cemas, gembira, cuek, diam, dll. Aku bertoast ria dengan sahabat-sahabatku. “YEY!!!! SAMPAI JUMPA SEMESTER DUA YA!!!!”
***
          “Senyum itu. Yaampun!!! Meleleh aku sekarang!! AAAAA!!” batinku berteriak. Sekarang didepanku ada Alendra dengan senyumnya yang begitu *beuh*. Aku tak mengerti kenapa ia tersenyum seperti itu. Padahal tadi kami hanya bercanda biasa. Cuma gurauan biasa. Dan mungkin waktunya cuma 15 menit.
          “Alen!” seru salah satu temannya sambil melambaikan tangannya kearah Alendra. Dia menoleh dan segera beranjak menuju arah temannya tadi, Denni. Mereka terlihat memainkan handphone si Denni. Paling main game. Biasa kan cowok jaman sekarang  doyannya main game. Tapi mukanya Alendra keliatan serius dan mencari-cari sesuatu di handphonenya Denni. Menurutku gak mungkin kalo main game sampe kayak nyari sesuatu kayak gitu. Paling kalo kalah cuma bilang “Yaahhh” gak mungkin sampai mati. Iya kan?
***
          “Kamu mau kuliah dimana? Tanyaku pada teman terbaikku yang selalu ngertiin aku all the time, Helen.
          “Di UGM, Ngel. Kamu dimana? Di UGM ya? Biar sama aku…” jawabnya sambil merengek.
          “Huushhh!! Kayak anak kecil aja kamu. Gak ah Len, aku maunya di UI kayak bapakku dulu. Tuh bapakku sukses” sambil mengacungkang jempol tanda bangga.
          “Masaaaakkk siiiiiihhhh? Kamu gak mau di UGM? Kan ada Alendra tuh. Mau naa, Ngel mauuu!!!” katanya sambil ngupil. Hahaha. Bercanda. Cuma sambil melirik kearah Alendra. Aku membelokkan kepalanya. Nanti Alendra tau lagi yang kami ceritakan. Bisa ruet kalau begini urusannya.
          Tapi tadi aku sempat melirik kearah Alen. Dia terlihat bahagia sambil tersenyum yang membuat aku semakin meleleh seperti es di kutub utara. Paling buat cewek barunya. Kan biasa orang charming sepertinya digemari cewek-cewek seantero sekolah. HUH!
***
          Tak terasa hari-hari berat ini mulai terasa mendekat. Aku gak tau kenapa aku menitikkan air mata. Aku rindu sekali Alendra, sahabat-sahabatku: Helen, Ira, Nina, semuanya,  aku takut aku tidak akan bertemu lagi dengan mereka setelah ini. Yah, aku hanya berharap merekaaaa….. Huh! Aku tak dapat mengungkapkannya dengan kata-kata.
          Dipikiranku sekarang, siapa sebenarnya yang ada di hatinya Alen? Siapa inisial M itu? Mengapa ia sering sekali menyebut inisial itu? Apakah mungkin itu Cherisya teman satu gugus ku dulu? (baca: Si Inisial Huruf Vokal Pertama Part I dibawah) Ini tidak mungkin terjadi. Yah, aku hanya bisa menunggu jawaban dari Madam Fortune siapa sebenarnya M itu.
***
          “Angeeeeeeelllllllll!!!” seru  Nina semangat.
          “Cantttiiiiiiikkkkk” jawabku tak kalah semangat.
          “Ale huuuu aleeeee!! Nanti kita texting ya? Aku pengen cerita sesuatu sama kamu. Ini Very Urgent lhoo. Pokoknya kamu harus tau. Harus tau”
          “Sebenernya ada apa sih sampe-sampe urgent gitu? Penting banget ya buat aku? Trus emangnya gak bisa diceritain disini aja? Kan tar siang aku mau teddooooorrrr. Ngendutin badan dikit lah, Nin” kataku sambil memengangi seragamku yang memang kedodoran.
          “Tiduuuuurrrr aja kerjaanmu. Yaa, bentar aja, bentaaaarrr banget. Ini soal Alendra lho” katanya berbisik dan melengos pergi.
          Aku hanya bisa tersenyum terpaku ditempat dudukku. Aku harap berita bahagia. Hahaha. Tapi bisa aja berita buruk kan soalnya mukanya Nina suka bohong! Mukanya Nina lho, bukan bibir atau mulutnya.
***
          Hari-hari di Yogyakarta semakin panas. Sesampainya dirumah aku tak tahan untuk tak menyalakan AC dikamarku dan on ditwitter. Belum sempat aku Sign In, aku melihat ada 2 pesan yang belum aku baca. Ternyata dari Nina. Dia benar-benar serius untuk membicarakan hal tentang Alendra ini.
Pesan pertama: Angel, kmu jgn marah ya?
Pesan kedua: Angeeeeellll, bales naa. Km mo tau kagak? Tp jgn marah dulu ya?
          Otakku tak berjalan. Aku hanya terpaku menatapi pesan singkat Nina. Sepertinya ini mimpi buruk. Mimpi buruk dan aku tak bisa terjaga dari tidurku.
I traveled a thousand miles just so I can see your smile, feel so far away.. Tiba-tiba handphoneku berdering dan membuyarkan lamunanku. Nina. Baru saja aku akan menekan tombol angkat, dia sudah memutus panggilannya. Hhh. Dia hanya ingin miss call aku.
Segera saja aku mengetik pesan singkat untuknya: Knp Nin? Km kok jd kayak gelagapan gini? Pke acara miss call aku lg. Alendra knp syg?
Terkirim. Sambil menunggu balasannya, aku mengambil headsetku dan mulai memutar lagu-lagu dari penyanyi kesayanganku, Greyson dan Taylor. Yap! Mereka berdua adalah the best singer ever!!
Beeppp!! Bunyi dering tanda pesan masuk. Aku gelagapan ingin cepat membaca pesan Nina dan menguak apa yang sebenarnya ingin ia bicarakan.
Nina: Kalo aku perhatiin kyknya Alendra suka sama km deh.
Aku: Lho? Cuma ini? Katanya urgent? Baaahhhh. Itu ja km blg.
Nina: Tunggu naa dulu. Aku blm slese.
Aku: Ya cepet naa. Aku kira apaan.
Nina: Iya, aku sering liat di jjs gitu. Kayak org lg ksmaran gt dah.
Aku: Masak sih? Plg buat M,M dan M!
Nina: Yaa, syp tau diantara itu ada kmnya.
Aku: Baah. Nina ni. Sllu blg gitu. IMPOSSIBLE tau.
Nina: Ya kan aku menerka nerka. Syp tau bnr iya gak?
Aku: Yadaaaahhh.  Org cantik ngalah:p
          Tak ada pesan masuk. “Nina ni emang mau smsan sama aku atau mau bikin aku bĂȘte sih?” kataku nyeletuk sendiri. Selang 10 menit kemudian nada pesan ku berbunyi yang artinya ada pesan masuk. Nina, lagi.
Nina: Ngeeell, aku sbenrnya tau si M itu syp. Dia tmn satu kls kita. Aku diksi tau Helen. Cba bsok tanya dia. Jgn sedih dulu ya?
Aku: Emang syp cobak? Boong kalik!
Nina: Mira. Jgn sdh dulu ya Ngel. Plisssss.  Aku mohoooonn
          Melihat pesan terakhir Nina membuatku lemas. Langsung saja handphoneku ku silent dan aku taruh jauh-jauh. Aku pun beranjak tidur siang. Eh, ralat: sore.
***
          I traveled a thousand miles just so I can see your smile, feel so far away when you cry, cause home is in your eyes.. I wanna be holdin’ your hand in the sand by the tire swing were we use to be.. baby you and meee..         Lagu kesayanganku yang sekaligus menjadi nada dering handphoneku berdering. Tak terasa sudah jam setengah 7 malam ketika aku terjaga. Segera aku mengambil handphoneku yang berteriak tanpa henti itu. Nina. Belum sempat aku menjawab panggilannya, Nina malah me-rejectnya. Aku ingin mengiriminya pesan singkat, tapi pesan gagal melulu. Ternyata pulsaku habis. Aku segera keluar rumah tetapi warung satu-satunya dikomplekku ini tutup. Sudahlah. Kalau penting bgt pasti Nina akan menelponku.
***
          Esok harinya aku sudah tak sabar ingin menanyakan soal si M. Aku sengaja datang pagi-pagi tapi Helen ternyata belum datang. Lima belas menit kemudian Helen dan Ira diikuti Nina datang. Tak sabar aku menanyakan soal M ini.
          “HELEEEENNN!!! KENAPA KAMU GAK BILANG KALAU KAMU TAU DIA ITU SIAPA?” kataku berteriak sambil menguncang-guncangkan tubuh mungil Helen.
          “Aku takut nanti kamu sedih trus marah sama aku…. Aku kan..”
          “Aku gak marah kalo kamu kasik tau siapa dia. Cepet bilang” sambungku sambil menarik Helen keluar kelas.
          “Yaya aku cerita dah siapa M itu sebenernya………..”
          Dan akhirnya aku tau siapa dibalik semua iniii…..
Duaaarrr!!! Pada serius amat?! Seru gak cerpen ku? Hahaha:D Pasti gak ada yang baca nih ya? Maaf kalo garing banget soalnya byk yg aku potong-potong:( Kalo kalian mau visit blogku itu aja aku udah seneng kok. Cheers!! Wulan:)
          

Si Inisial Huruf Vokal Pertama


“Randdaaaa!! Bangun!! Udah pagi! Hari ini sekolaaahhh!!” teriak mamaku dari dapur. Mama emang kebiasaan teriak-teriak gitu setiap pagi. Biasalah aku kan males yg namanya ‘Bangun Pagi’. “Raannndaaa!! Bang…..” teriakannya langsung kupotong dengan ‘teriakan’ yang sangat tidak enak didengar. “Ud..ah, Ma. A..er panasnya man…aa..?” sambil melongo dari pintu dapur. “Kamu ini anak perempuan bangunnya siaaaaaannnggg aja. Ck! Udah udah! Air panasnya udah tak tuangin ke ember yang ada didepan kamar  mandi. Cepet mandi, udah jam 6!” oceh mama cepat. Aku gatau bisa nangkep atau nggak. Yang  jelas air panasnya ada didepan kamar mandi.
          Langsung saja aku bersiap untuk mandi. Sesampainya dikamar mandi …. “Uaaaa! Panasss! I-ih ni air panas berapa kali sih dikasi aer dingin? Udah buanyak rasanya. Tapi kok masih panas ya? Ck!” kataku sambil ngedumel ama air panas. Kuberi lagi air dingin dan langsung secepatnya mandi. Setelah semua siap, aku segera berangkat sekolah dengan mengendarai sepeda motorku.
          Oh iya, kita belom kenalan ya? Haaiii, namaku Angela Mutiarandari. Panggil aja aku Angel (dirumah dan di SD sih dipanggil Randa, tapi waktu kenalan pas MOS SMP aku pake Angel aja, biar keren, heheJ). Aku baru lulus SMP nih! Sekarang aku sekolah di SMAN 7 Yogyakarta. Letak sekolahku ini di Jalan Merpati Putih Yogyakarta, Yoryakarta. Mau tau nomer teleponnya? Gak penting kali yee!
888
          Sesampainya disekolah, halaman depan udah penuh anak-anak sekolahku. Ekspresi mereka berbeda-beda. Ada yang kecewa dan gembira. Aku segera saja ke papan pengumuman hasil pencarian kelas. Ohya, kemarin aku habis ikut tes pencarian kelas. Nah, sekarang pengumumannya. Kulihat nama-nama yang tertera disana. Dan ternyata aku dapet kelas X. 3. Hehahuhiho J
888
“Aku dimana men duduk? Dimana, Len?” tanyaku pada Helen sambil menyikunya. “Udah disini aja Ngel” jawab Helen. Untung dia ingat kalo jangan manggil aku Randa disekolah (soalnya Helen tau namaku dirumah Randa). Oh iya, aku belom cerita tentang Helen ya? Helen ini tetanggaku, sahabatku dari aku masih belom bisa naik sepeda roda tiga sampe SMA sekarang. Luaaaaammmaaanya ya? Udah ah, itu aja.
Akhirnya kami berdua duduk di bangku nomer 3 dari belakang searah dengan bangku guru (RIBET!). Kami langsung bersalaman dan saling memperkenalkan diri kepada penghuni baru kelas X. 3. Ada yang namanya Ira, Marco, Misya, Andien, Gawa, Vara, Alendra ( yang ini sih aku udah tau, kan temen SMP dulu) dan masih banyak lagi.  Ada juga yang lebay, kocak, aneh, dll deh. Pokoknya karakternya beda-beda.
Tiba-tiba, datang seorang guru berparas cantik memasuki kelas kami. “Anak-anak, per-ke-nal-kan, saya wali kelas kalian. Jadi, saya adalah orang tua kalian selama kalian di-se-ko-lah. Ada pertanyaan?” kata guru cantik itu.
“Bu, siapa namanya ibu?” tanya salah seorang siswa secara tiba-tiba. “Ohh, nama saya, Andieni Marwati. Panggil saja Bu Eni”. “Ooooooohhhh” semua siswa membentuk dan mengucapkan huruf O. “Terima kasih atas perhatiannya” kata Bu Eni cepat sambil berlalu. “Lho kok? Lho? Lho??” semua siswa kelihatan bingung, karena perkenalan itu berlangsung cepat.
888
September 2006..
          Malam ini terasa begitu sepi, aku bingung mau melakukan hal  apa. Aku teringat sesuatu, enakan bukak Facebook. Lalu kubuat status. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya statusku berhasil diperbaharui dan muncul diberandaku. Disana banyak tertera status-status lainnya
Angela Mutiara : I’m so bored ! L
Alendra Maharadja : Sesuatu banget! Haha :D
Ayu Tingdoor : Tugas Numpukk,,!!
Helen Mars : Hm, Galau malam iniL habisnya capek tadi pagi
Melodi shiey tkank ngamBulL : Akku kangeend beuds ama eloo!
Vara Nike : Banyak dapet kenalan baru hari ini J
……………..
Huh! I’m still bored! Yasud deh, enakakan mendayung perahu ke pulau kapuk abis itu jalan-jalan disana. Dadaaa~ J
888
“Kamu naa yang bongkar! Katanya aku nulis hasilnya?” kataku ketus. “Iya iya, tapi aku gak tau yang mana dibongkarnya?!!” kata Ira tak kalah ketusnya. “Tanya naa pak guru!”
Hari ini ada praktikum ngebedah kodok. Ugh! Paling anti deh aku sama hewan yang kulitnya licin trus bunyinya “Kuebeb, kuebeb” Makanya aku nyuruh Ira, temen satu kelompokku yang paling suka ama yang namanya hewan. Hewan apaaaa saajaa pasti dia suka. Mulai dari yang paling aneh sampai yang paling menyeramkan. Kok bisa ya, aku punya temen kayak dia. Dasar manusia!
Setelah ia bertanya pada pak guru, segera dibedahnya kodok itu sambil menggodaku dengan kodok yang sudah mati itu. “Jangan naa Ra!! Tau dah yang pacaran ama kodok! Wuuu!” kataku mengejek sambil ketakutan. “Hahahaha, apa men tu? Kodok aja takut!” Ira malah melanjutkan. “SssTtttSs, woy!” temenku yang lain menyuruh kami diam. Aku dan Ira jadi malu deh.
Setelah pelajaran bedah-bedahan ‘gila’ itu selesai, kami semua segera membereskan kodok-kodok malang namun menjijikkan dan mengerikan itu.
Teng… teng… Bel pergantian jam berdentang. Sekarang pelajaran Matematika. Pelajaran yang sulit sulit gampang. Diliatin aja jadi sulit, dicobak jadi gampang. Begitulah, menurutku. Bu guru segera datang dan memberi kami latihan soal. Kami semua segera mengerjakan dengan teliti. Terlihat semua siswa sibuk dengan soal tersebut. Tapi, semakin waktu berjalan, keheningan semakin terpecah oleh suara-suara dari siswa yang sudah selesai, bertanya, berdebat tentang jawaban, sekadar mencocokkan, dll. Aku sendiri masih sibuk dengan perdebatanku dengan Ira. “Kamu ngerti gak sih? Ini ni volum setengah bola, jadi volume bola dikali setengah lagi!” kataku. “Tapi ini aku kan udah bener, kenapa salah?” cetus Ira. “Ohh, ini lho, yang bikin  jawaban kita beda, jari-jari itu tidak sama dengan diameter, Ira cantiiikk!” kataku meneliti dan ‘menyadarkannya dari lamunannya’. “Oh iya, Hahahaha :D Stipo dong!” Aku hanya tersenyum simpul melihat tingkah ira yang ceroboh. Hehe J  
888
Keesokan harinya…
          “Ngel, ini apa? Gak ngerti aku!” tanya Alendra. Dia salah satu temen SMP ku di SMPN 9 Yogyakarta. “Duh, Al Al, gitu aja. Gampang kok! Gitu aja gak tau!” ejekku pada Alen. “Ya karena itu aku nanya, gimana caranya. Kalo aku udah tau kan gak usah nanyak ya?” ejeknya lagi. “Yaya, seterah kamulah, aku nurut aja! Huh!” kataku ketus sambil melipat tangan.
          Sekarang lagi pelajaran IPS tentang sistem tata surya khusus SMA, bukan SD!. Pelajaran ini cukup bikin otak pusing lhoo. Mau tau nggak? Gak usah deh yaa?
          Pak Ahmad, nama guru kami sedang mengetes kami. Beliau memberi kami 5 soal. Kelas cukup ramai dengan cuap-cuapan para siswa tentang sistem tata surya ini. Kira-kira lima belas menit kemudian Pak Ahmad memeriksa hasil kerjaan kami.
          Teng.. Teng.. Teng!! Bel pulang berbunyi. Anak-anak berlarian keluar kelas. Diantara mereka ada yang sedang memencet-mencet handphone, berdandan, memeriksa tas, menunggu teman atau sang kekasih. Ugh! Aku udah jomblo 3,5 tahunan! Seriusan lho! Gak enak kayaknya liat temen-temenku pada gandeng cewek atau cowoknya sendiri.
          Sesampainya diparkiran SMAN 7 Yogyakarta… “Eh nenek moyang! Kamu masi tinggal dirumahmu yang dulu kan?” kata suara itu. Aku langsung saja celingak-celinguk nyari sumbernya. Mana bilang aku nenek moyang lagi!
“Ohh kamu ya. Eh Eceng Gondok! Ngapain nanya-nanya rumahku? Mau mintak sumbangan? Ohh tidak bisa! Wleekk!” cetusku saat tau siapa yang bercuap tadi. “Siapa bilang?  Sok tau sekali jadi orang!” katanya tak kalah ketus. “So? Gue mesti kabur gitu?” aku langsung menstater motorku dan menjauh dari sekolahku dan meninggalkan Alendra di pelataran parkir sekolahku. Dia terlihat kesal. “Haha, dasar Alen, siapa nyuruh ngejek aku? Wleekk!” kata batinku.
 Sekolahku memang cukup jauh. Jadi begitu sampai rumah aku sangat lelah dan pastinya langsung TEPAR. “Huh! Capeknya diriku” batinku.
888
Keesokan harinya disekolah…
          Hari-hari disekolah emang selalu ada ulangan atau latihan soal. Jadi, emang harus bener-bener belajar dirumah.
          “Ketua kelas, tolong ambilkan buku ulangan didalam lemari dan bagikan ke teman-temanmu. Setelah selesai dibagikan,       Bu Sari membacakan soal, setelah selesai, semua murid bergegas untuk mengerjakannya. Hening. Tak ada yang bercuap. Sampai akhirnya Bu Sari berkata “Waktu tinggal 10 menit” Semua siswa mulai berkasak-kusuk mencari jawaban. Aku pun begitu.
          “Eh Al, nomer 15 apa? Kamu kan pinter, kasi tau dikit aja ya?” tanyaku berbisik. Biasa, kan ulangan. Dilarang RIBUT! Hehe J “Kemaren ninggalin aku disekolah, sekarang minta jawaban” ejek Alen. “Aduhh, gak ada waktu buat debat ya eceng  gondok!” ejekku heboh. “Tuhkan! Masak minta jawaban ngejek?” kata Alen sambil melipat tangannya di dada. “Yadeh, enggak. Alendra yang baik dan cakep *UHUK*, kasi tau nomor 15 dong? rengekku. “Yadah. Gini lho, Potensial listrik itu adalah energi potensial listrik per satuan muatan listrik” jawabnya dengan bisikan, juga. “Oh yaya, Maaci J” kataku sambil segera menulis jawaban dari Alen tadi.
          “Yak, anak-anak, kumpul semuanya. Waktu sudah HABIS” kata guruku dengan menekankan kata ‘HABIS’ didepan kelas. Semua anak-anak lain masih sibuk kasak-kusuk mencari jawaban.
          “Untung tadi udah nanya ama Alen dan dikasi tau. Kalo gak mungkin aku sama nasibnya kayak mereka” batinku. “Al, sekali lagi maaci ya? Kamu emang temenku yang paliiiinngg baik!” kataku setelah Bu guru keluar kelas. “Iya, Angel. Sama-sama” katanya sambil tersenyum. Aaaa~
888
          “Aaaaakkkhhhh!! Seratus-seratus! Yeyeyeyeye!” teriakku heboh. Rata-rata teman-temanku juga dapet seratus dan teriak histeris kayak aku. Hahaha. “Dapet berapa?” tanya Alen. “Seratus!” kataku setengah berteriak. “Untung tak kasi tau. Dasar bego! Makanya jadi aku dong!” katanya lagi. “Yah, yah, malah ngatain orang. Gak baik tauu. Tapi… Eh, maaci lagi ya, Al?” kataku  sambil cemberut  (karna dibilang bego) dan histeris (karna nilai seratus). Tapi Alen malah diam.
888
          Semua siswa memasuki kelasnya, karena Bu Eni datang. Aku sesekali memerhatikan Alendra. Diliat-liat dia gak buruk buruk amat. Tapi tetep aja jailnya dari SMP masih hidup sampe sekarang. “Lho kok? Lho kok aku jadi mikirin dia? Aduhh!! Apa ini namanya rasa….. Gak! Gak! Gak! Aku gamau suka ama dia, aku mau jail-jailan terus ama dia, ketawa-ketiwi, cekakak-cekikik, dll. Aduuhh!!” kataku dalam hati sambil menjambak poniku sendiri.
          “Nenek moyang.. Pinjem pulpen doong!” suara itu kukenal betul. Siapa lagi yang punya suara ‘aneh nan cempreng’ itu? Yang pasti Alendra dong! “Nenek moyang, nenek moyang. Ngejeeeekk ajaaaa… tiap hari. Gak akan aku kasi pinjem!” cetusku, wuahaha. “Jangan nae gitu, Nek” rengek Alen. “Eh, manusia cempreng! Aku punya nama, namaku itu.. Angela Mutiarandari. Udah?” kataku menerangkan. “Yayadeh, Angela Mutia blahblah, pinjem pulpen dooong” rengeknya sambil mengejek. “Kok blahblah? Bilang gak? Mutiarandari!” kataku sebal. “Yaya Angela Mutia-ran-da-ri” ia mencoba mengucapkan. Nama belakangku emang susah disebutin. Soalnya kebanyakan dan ribet.
“Gitu dong, Nih!” sambil menyodorkan pulpen. Alen emang keliatan lucu banget pas ngerengek-rengek kayak gitu. Tapi cakepnya gak ilang kok. Santai.. ada Sanken (korban iklan). Tuhkan! Aku mulai lagi L
888
          Teng… teng… teng.. bel pulang berbunyi. Anak-anak mulai membereskan buku Bahasa Inggris mereka. Dan, Bu Eni, segera keluar dari kelas. Takut diterobos kali ya?
888
          Alendra diam di depan gerbang sekolahku sambil memencet-mencet handphone. Dia kelihatan menunggu seseorang. Siapa ya?
          “ALENDRA!!” pekik salah satu siswa dari koridor sekolah yang langsung menuju ke gerbang. Ternyata seorang kakak kelas XI. Alendra tersenyum lebar. Lalu sang kakak kelas mendekatinya. Mereka berbicara sesuatu hal. Yang jelas aku tak tau apa yang dibicarakan. Karena aku hanya memerhatikannya dari pelataran parkir dekat koridor yang dilewati oleh kakak kelas teman Alendra itu.
          Sang kakak kelas langsung pergi ketika pembicaraan mereka selesai. Tetapi Alendra masi diam disana. Siapa lagi yang ditunggunya? Apakah belom selesai? Kulirik jam tanganku. “Yaampun, sudah jam setengah 2! Neh kan!” Aku langsung menstater motorku dan pergi dari sekolah ini. Alendra masih sibuk dengan handphonenya. Dia saja tak menyapaku saat aku melewatinya.
          Diperjalanan pulang, aku masih bertanya-tanya, siapa sih orang yang ditunggu Alen? Wanitakah atau priakah? Kalo wanita sih, aku gak yakin. Soalnya Alen gak mungkin pacaran. Yang aku tau dia baru pernah pacaran 1 kali.  Apalagi baru masuk sekolah. Masak udah berani nyatain rasa sih? Gak mungkin!
888
          Aku berangkat sekolah seperti biasa. Hari ini aku kepagian banget, sumpah! Aku memasuki kelasku yang terletak dilantai tiga. Jadi, harus naik tangga dulu. Mana tas berat, naik tangga pula. Tapi aku masih untung, Cuma dilantai tiga. Gimana kalo dilantai empat? Nambah pendek deh ni kaki!
“DUH!! Pagi-pagi gini panas banget! Keluar aja deh!” kataku sambil melenggang keluar kelas. Anak-anak mulai banyak yang berdatangan. Ada Vara, Misya, Denni, Ary, dan Alendra. Tapi, Alendra jalan sama siapa tuh? Lho? Itukan Cherisya! Apa ini yang ditunggunya kemarin? Eh! Gak mungkin! Orang jaraknya agak jauh gitu kok. Paling cuma pas aja barengan.
888
Alendra menaiki tangga dan berjalan sambil tersenyum dan tertawa. Pikiranku mulai melayang kemana-mana. Kayaknya bukan gara-gara Cheri deh. Paling senyum biasa. Kan banyak temennya di luar.
TERNYATA aku salah. Alen pulang ama Cheri! Itu benar-benar Cherisya! Dia temen satu gugusku pas MOS. “Ugh! Ini gak mungkin! Gak mungkin Alen pacaran ama Cheri! Alen terlalu baik sampe buat aku *beuh* ama dia!” batinku ngedumel.
888
Aku ngedumel lagi di jalannan. Berteriak. Aku keseeelll! Alen cukup baik akhir-akhir ini. Aku kira dia juga respon aku! Tapi tidak sama sekali.
Sesampainya dirumah, aku menghempaskan tasku di kasur dan memukul-mukul bantal. “Aku benci Alen! Kamu  gak tau gimana jadi aku!  Gak akan tau soal apa tentang ini. Sakit tau gak?  kataku terisak sambil marah-marah. Aduh! Kok aku jadi seperti ini? Tiddaaakkk! Aku gak mau! Enggaakkk! Aku benci! Tapi aku gak bisa.
 Tak sadar hari sudah sore ketika aku terjaga. Aku segera mandi dan mengerjakan tugas sekolah yang cukup banyak. Aku masih memikirkan Alendra. Aku bingung, kenapa aku bisa begitu *beuh* dengannya.
THE END J J
 Maaf kalo ada salah-salah kata dicerpenku ini, ada yang merasa tersinggung, dll. Aku hanya ingin menuliskan ide dan menyalurkan hobi menulisku. Selamat membaca. Tolong minta komennya ya? J

Ow ow ow, STATUS KITA APA YA? ._.

By: Kawaku Magz.com
          Sebenarnya sih ada beberapa orang yang memang happy aja tuh menjalani hubungan semacam ini. Tapi, ada juga beberapa orang mulai kasak kusk mencari kejelasan tentang ini. Nah, sampai kapan HTS ini berakhir? Kalau udah kayak gini nih…
*       Ngobrol, ngobrol,ngobrol
Kadang kita butuh kepastian, sementara pasangan HTS kita mungkin takut banget berkomitmen. Drpd terus memendam perasaan, coba deh ajak dia ngobrol  dari hati ke hati. Cerita aja yang sejujurnya. Tapi jangan pake emosi. Apalagi memohon-mohon dia. Hhh.
*       Jaga jarak
Ketika kita dan dia udah tau perasaan masing-masing, hubungan pasti berjarak dan itu wajar kok. Dia kan juga butuh waktu untuk berfikir.
*       Tentukan batas maksimal
Seberapa lama bertahan? Semuanya tergantung kita. Kalo 1 bulan cukup, putuskan dia memang gak ada perubahan sikap atau tanda-tnda dia respon ke perasaan kita. Tapi batas waktu ini kita aja yg tau. Jangan dikasih tau dia nanti dipikir kita ngancam lagi. Iya gak?
*       It’s time to move on
Kalo emang dia bener-bener gak respon balik yaa.. kita harus berani meninggalkan dia. Apalagi sikap dia gak berubah. Tapi kalau mau masih lanjut yaa silahkan, tapi kalau enggak yaa.. move on!

Just Unimportant Thing


And just boring thing I’ve been posted. This story will represent my resentment against someone.
Aku gak tau knp aku srg kesel sm org ini. Emang dia temen deketku tapi kalo gini caranya aku juga gak bisa. Emang aku kmn-mana pasti sm dia. Emang kalo aku curhat pasti sm dia. Tapi dia itu gaktau diuntung. I always try to be the best for her. But, know I’m in nine grade. I must study hard for my final examination. LOL. Gak ada sih sebenernya hubungan my trouble sm nine grade atau final examination, dan aku gak tau kenapa aku bs nulis kayak gini. Tanganku kayak kerja tanpa otak #eaaakk
Back to my trouble or my mistakes maybe. MAYBE. I think, she is the trouble maker, not me. Long time ago, I don’t know when. I buy some books. I love books some much and I always tell about my new book to her. Called her “T”. Ya, jangan terlalu frontal krn ini publik. Yeah, dan kalo aku udah slese baca, I always lend my book to her. And long timeeeeeeee, I need that book to make my homework and maybe for join a awesome project (for me). When I arrived home (from school) I always try to take my book from her. But she never available. I little bit angry. Apalagi, when I ask her mother. Her mother just gives me short answer and sometime her mother look mad at me. Ibunya itu kayak gak seneng gitu lho sm aku. Pdhal aku udah biasa sm anaknya. So, bukan salahku minjemin my book to she. She like my book and she want to read my book too. But, she can’t come everyday to my home. My schedule and her schedule are different. So, aku sm dia jadi jarang ketemu. Masak tiap dia pengin baca bukuku she must come to my home? Impossible, right? So, she’s brought my book to her home dan ngembaliinnya hrs lebih cepat juga, masak sampe bertahun-tahun? Gimna aku mau buat tgs sm join project kalo kayak gitu? Iya gak? Nah, mungkin itu yg bikin ibunya marah sm aku. Dan aku udah blg dia yg kepengen minjem, msk aku gak ks? Gak enak hati aku.
Trus pas kapan itu ya? I try to take my book. And she’s available. But she said my book is borrowed by her friends. Maklum. Trus pas aku lg udah kepepet bgt bgt bgt bgt. I come to her home to take my book. But she said her friend still rent my book. Aku bilang kalo aku butuh bgtbgtbgt buku itu. Tp kok aneh dia mlh blg gini: “Oh, maybe in my room. I’ll search now. And I’ll bring to your home at night” Dijln aku mikir, katanya dipinjem temennya, tp kok mlh dia mau nyari di roomnya? Brarti dia bohongin aku kan? Coba yg baca pikir.
Maybe at 6 sore, she’s come to my home and brings to my home. But, dia malah duduk dan crita2 sm aku. I don’t understand. Then, aku suruh aja dia msk. Nah, maybe at 6.30 malem, aku ingetin dia untuk plg tar dimarah sm ibunya. Tpi dia malah ngelanjutin critanya dan critanya makin seru dan menggebu2. Jam 7 kurang 10 aku ingetin lg, sampe akhirnya ibunya dateng marah-marah. Tp dia malah ketawa2 gitu. Trus aku ngetwwet di twitter ttg dia dan keanehannya. Eh, pas itu ada temenku yg lain sms nyolot bgt. Ya langsung aku ngetweet lg. Jd double deh kekeselanku, tp yg sebelumnnya udah gak terlalu. Tomorrow morning I see her father go to his office by driving a car. Aku ngeliat kea rah kaca mobilnya. Tak liat her father nyebengin aku gitu. Marah lah kayaknya sama aku. Aku diemin aja. Just Unimportant thing.
And yesterday, I open my twitter account on my PC. I see she’s tweeted that she’s mad at me (I think). Karena aku tersinggung ya agak kesel lg. Aku buat lg ditwitter, tpi, gak jadi deh. Paling bukan aku. Yaahh, namanya juga org cepet marah, temenku yg kmaren nyolot itu sms trus marah2 lg sm aku. Udah tau jg aku ksl mlh dibikin ksl lg. Tak buat lg status, trus temenku yg inisialnya T tadi buat tweet. Dia kayaknya ngerasa padahal bukan dia. Ya gitu deh critanya. Gak penting bgt kan buat kalian yg baca? Hahaha:D Makasi aja udah mau denger curcolan ku di blogku ini. Bubyeee.